Terngiang ucapan salah satu Dosen Etika Lingkungan setiap memilih produk untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
" Sebagai konsumen, upayakan memilih produk dari industri yang sudah menerapkan Ekonomi Hijau"
Ribet ya, bukan hanya kualitas produk saja tapi konsumen juga harus jeli dengan latar belakang produk yang dipilih. Dengan begitu, konsumen turut serta dalam mitigasi perubahan iklim maupun kerusakan lingkungan. Ya, tanggung jawab lingkungan tidak hanya dibebankan oleh Pemerintah atau Industri saja.
Ekonomi Hijau Sebagai Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Sumber daya alam merupakan faktor produksi atau input dalam kegiatan ekonomi. Tentu kita mengetahui, setiap proses kegiatan industri yang menggunakan sumber daya alam akan menghasilkan output dan produk samping berupa limbah.
Jumlah penduduk di Indonesia dilaporkan mengalami peningkatkan menjadi 275,77 juta jiwa pada tahun 2022. Artinya, produksi barang dan jasa akan dituntut lebih banyak menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara, sumber daya alam semakin menipis dan pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Lingkungan yang tercemar tidak hanya merusak ekosistem, tapi juga memiliki hubungan erat dengan kemiskinan. Sebab, menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup.
Maka itu, unsur lingkungan tidak hanya meliputi makhluk hidup (Biotik), benda tak hidup seperti tanah, air, cuaca (abiotik), tapi sosial budaya juga termasuk di dalamnya.
4 Sektor Prioritas Mengalami Kerugian
Berdasarkan kajian dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, dampak perubahan iklim berpotensi menimbulkan kerugian hingga 544 triliun rupiah. Setidaknya ada 4 sektor prioritas yang mengalami kerugian dari dampak tersebut.
Pesisir dan Laut
Perubahan iklim mengakibatkan adanya Peningkatan permukaan laut berpotensi kerugian sebesar 81,82 triliun rupiah.
Perairan
Peningkatan coral bleaching menurunkan produksi ikan, kerugian senilai 70,29 triliun rupiah.
Pertanian
Kebakaran hutan dan kemarau panjang berpengaruh pada hasil pertanian, kerugian senilai 19,94 rupiah
Kesehatan
Peningkatan kasus penyakit seperti demam berdarah, kerugian mencapai 31 triliun rupiah
Seluruh kegiatan industri harus mengusung aspek berkelanjutan, apalagi Indonesia memiliki ambisi penurunan nol emisi karbon atau net zero emission global pada tahun 2050 mendatang.
Melalui konsep ekonomi hijau lah, konsep pembangunan berkelanjutan bisa tercapai. Bagaimana konsep ekonomi hijau tersebut? Mari kita intip Upaya APRIL mendukung Pemerintah Indonesia untuk Ekonomi Hijau.
Kenal Lebih Dekat dengan APRIL Group
Prinsip 5C April Selaras Ekonomi Hijau
APRIL berkomitmen untuk menerapkan praktik terbaik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial.
Salah satu komitmen APRIL adalah menghentikan kegiatan deforestasi hutan alam dari rantai pasokan, melindungi hutan dan lahan gambut dimana perusahaan beroperasi. Lalu, bagaimana upaya APRIL lainnya untuk mewujudkan ekonomi hijau?
Upaya Ekonomi Hijau dari Grup APRIL
APRIL Group merupakan salah satu Perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memiliki komitmen dan target untuk mengatasi perubahan iklim dan mewujudkan upaya pembangunan berkelanjutan (UN SDGs)
Program APRIL2030
Diluncurkan pada November 2020, APRIL2030 sebagai strategi dan komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif pada lingkungan, iklim, dan masyarakat. Program ini juga menerapkan bisnis berkelanjutan dalam 10 tahun mendatang hingga tahun 2030.
Sustainable Forest Management
Program ini sudah mengalami evolusi dari kebijakan SFMP 1.0 pada 28 Januari 2014. Kini, APRIL menerapkan kebijakan Sustainable Forest Management Policy 2.0 yang dibuat berdasarkan masukan dari Stakeholder Advisory Committee dan pemangku kepentingan lain seperti masyarakat sipil.
Mitigasi Perubahan Iklim
APRIL Group berpartisipasi dan berkontribusi aktif pada Protokol Gas Rumah Kaca (GRK). Salah satu langkah yang dilakukan APRIL adalah menerapkan pengelolaan hutan berkelanjutan SFMP 2.0. Langkah lainnya seperti restorasi ekosistem hutan, pengelolaan hutan lestari, dan menggunakan cara terbaik dalam mengelola lahan pertanian.
Bertanggungjawab Pada Limbah
Limbah hasil produksi juga menjadi fokus APRIL untuk mewujudkan Sustainability pada setiap kegiatan produksinya.
Sosial dan Budaya
Pembangunan sosial dan ekonomi juga menjadi fokus untuk mengurangi risiko krisis terhadap peningkatan kemiskinan, kesenjangan dari dampak kerusakan lingkungan. Komitmen APRIL untuk memberikan hak asasi manusia pada masyarakat lokal berupa program Community Development (CD). Program tersebut meliputi tiga bidang utama yaitu pendidikan, pemberdayaan, dan peningkatan.
Kesimpulan
Nilai ekonomi dari kegiatan industri tidak hanya bisa dilihat dari profit atau keuntungan didapatkan. Berdasarkan dampak dari kegiatan produksi, perusahaan sudah seharusnya menilai atau melakukan valuasi terhadap kontribusi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Upaya APRIL Group dalam menerapkan prinsip 5C selaras dengan konsep ekonomi hijau. Upaya tersebut menjadi kontribusi pihak swasta bersama Pemerintah untuk membantu dan mendukung secara nyata mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Tentunya penerapan pembangunan berkelanjutan pada setiap kegiatan produksi APRIL Group juga berkontribusi nyata pada adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Jejak langkah ekonomi hijau yang diterapkan APRIL Group sudah semestinya diikuti oleh perusahaan industri lainnya.
Sumber bahan artikel:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220810112757-4-362575/bukan-cuma-wacana-bappenas-kenalkan-indeks-ekonomi-hijau
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220109/9/1486874/bappenas-dampak-perubahan-iklim-timbulkan-kerugian-rp544-triliun
http://www.aprilasia.com/images/pdf_files/sr/APRIL%20SR%202020.pdf
Sumber gambar:
Instagram Official Discover APRIL
Website Aprilasia.com
Sumber Video:
Official Youtube Discover APRIL
Desain gambar:
Canv